Malam ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Aku tidak bisa pergi ke mana-mana karena terhalang pandemi yang melanda bumi pertiwi ini. Aku hanya menyaksikan malam pertama dari rumah. Meskipun demikian, malam ini benar-benar indah karena langit bertabur jutaan bintang yang bersinar. Datanglah pula bulan yang cantik dan berseri. Dia memberikan berkah untuk seluruh semesta ini. Betapa bahagianya aku malam ini.
Jam dinding pun bernyanyi indah seperti diiringi musik yang merdu, seolah-olah mengajakku menari dan menyanyi. Kemampuan menyanyi dan menariku memang tak sebagus artis-artis terkenal, tetapi aku berusaha belajar atas usahaku sendiri. Bukan untuk meniru hasil orang lain yang telah ada sebelumnya. Ya sudahlah aku akan berlatih dan berjuang sebaik-baiknya, asalkan dengan kesabaran yang tinggi.
Namanya juga hidup, sederhana tetapi ada segala sesuatu yang rumit. Seperti berjalan menuju tanah lapang yang tandus tanpa tanaman sedikitpun dalam waktu lama. Atau rela pusing beranjak ke labirin yang berlika-liku tidak keruan. Lama-lama pikiran semakin menjadi-jadi. Bingung dan sulit menemukan jawaban yang tepat. Namun waktu terus berjalan dan aku pun berhasil tepat sasaran. Di sinilah malam pertamaku di kampung halamanku, Semawung Daleman.
Tanpa basa-basi terus-menerus, aku melanjutkan perjuanganku sampai menjadi lebih baik di masa depannya. Jangan lupakan tentang malam pertama yang terbaik untuk seumur hidup. Demikian malam pertamaku di Semawung Daleman. Aku mengucapkan terima kasih kepada semesta dan seluruh pihak di bumi pertiwi ini.
19 Juli 2021,
Manikrara Santina Dewantari
Comments